BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Susu merupakan salah satu bahan pangan
yang kaya akan zat gizi. Kandungan protein, glukosa, lipida, garam mineral, dan
vitamin dengan pH sekitar 6,80 menyebabkan mikroorganisme mudah tumbuh dalam
susu. Secara alami, susu mengandung mikroorganisme kurang dari 5 x 103
per mL jika diperah dengan cara yang benar dan berasal dari sapi yang sehat
(Suwito, 2010).
Susu mengandung suatu enzim
yang mengkatalis oksidasi macam-macam aldehid menjadi asam. Reaksi berlangsung
secara anaerobik dan dapat ditunjukkan bila ada akseptor hidrogen yang sesuai seperti metilen biru ( Tim Dosen Biokimia, 2013).
Susu merupakan salah satu makanan yang
bergizi tinggi, namun mudah terkontaminasi oleh bakteri. Kontaminasi bakteri
pada susu dimulai pada saat proses pemerahan sampai konsumsi. Bakteri yang
mengontaminasi susu dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri patogen dan
bakteri pembusuk. Bakteri patogen meliputi Staphylococcus aureus,
Escherichia coli, dan Salmonella sp., sedangkan untuk bakteri
pembusuk antara lain adalah Micrococcus sp., Pseudomonas sp.,
dan Bacillus sp.( (Suwito, 2010).)
Air susu bukan saja makanan yang baik bagi manusia
akan tetapi baik juga bagi spesies bakteri. Protein lemak dan gula yang
dikandung susu merupakan substrat bagi banyak bakteri, baik bakteri patogen
maupun bakteri saprofit. Saprofit bakteri akan tumbuh dengan baik pada temperatur kurang dari 37 0C
(Dwidjoseputro, 1990).
Air susu ialah perahan yang diperoleh dari lembu
sehat dan mengandung lemak dan bahan bukan lemak. Bahan-bahan yang
terkandung dalam susu serta kualitas dalam susu itu tergantung pada jenis
lembu, waktu menyusui, musim dan faktor- faktor lain (Suriawira, 2005).
Sekalipun pemerahan susu dilakukan dengan alat-alat
mesin yang kebersihannya dapat dijamin , namun air susu yang 100 % bebas mikroorganisme jarang atau sama sekali
tidak ada. Bakteri yang hampir selalu ada di dalam air susu ialah bakteri
pennghasil asam susu yang kebanyakan berasal dari famili lactobacteriaceae (Dwidjoseputro, 1990).
Bakteri pencemar dalam
susu dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu bakteri patogen dan bakteri
pembusuk..Bakteri pembusuk seperti Micrococcus sp., Pseudomonas sp.,
dan Bacillus sp. akan menguraikan protein menjadi asam amino dan merombak
lemak dengan enzim lipase sehingga susu menjadi asam dan berlendir. Beberapa Bacillus
sp. yang mencemari susu antara lain adalah B.
cereus, B. subtilis, dan B. Licheniformis (Suwito, 2010).
Bakteri yang menghasilkan asam susu itu pada umumnya
dipandang tidak mengggangu mutu air susu, akan tetapi bakteri yang menguraikan
bakteri itulah yang mengakibatkan
busuknya air susu (Dwidjoseputro, 1990).
Protein susu terdiri dari dua
protein utama: kasein (~ 80%) dan protein whey.
Kasein sangat stabil pada pemanasan, sementara protein whey tidak stabil dengan adanya panas. Karenanya, protein whey lah yang terdenaturasi ketika susu
dipanaskan selama pasteurisasi. Protein whey terkoagulasi oleh panas dan
membentuk partikel-partikel kecil. Karena jumlah partikel-partikel kecil ini
sangat sedikit, pengendapan jarang terjadi (Wahyudi, 2010).
Peristiwa denaturasi protein whey mempengaruhi warna putih susu. Susu
menjadi lebih putih setelah dipasteurisasi. Peningkatan warna putih pada susu
ini disebabkan adanya perubahan indeks bias yang disebabkan oleh denaturasi
protein whey (Wahyudi, 2010).
Protein
susu merupakan jenis protein terlarut dalam sistem hewani. Protein tersebut
termasuk kasein yang akan menggumpal apabila susu diasamkan, filtratnya
mengandung laktalbumin (serupa serum albumin) dan juga β laktoglobulin, yang
berbeda dengn globulin sesungguhnya (Sudarmadji,1996).
Susu
kadang-kadang menggumpal oleh panas dan asam. Pada kedua kasus ini,
penggumpalan disebabkan oleh adanya denaturasi protein susu. Ketika susu
dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi selama proses memasak, denaturasi
protein whey dapat meningkatkan
penggumpalan. Sebagai tambahan, ketika susu dipanaskan pada suhu tinggi selama
periode waktu yang cukup lama, laktosa dapat pecah dan menghasilkan asam
laktat. Perubahan ini dapat meningkatkan keasaman dan dapat mengubah warna
menjadi coklat karena adanya pemisahan lemak susu. Lemak susu akan mengambang
di permukaan, dan susu menjadi tidak stabil karena pengendapan dan atau
penggumpalan (Wahyudi, 2010).
Salah satu penyebab keracunan setelah minum susu
adalah S.aureas. Sumber-sumber S.aureas terdapat disekitar kita, yaitu
bagian permukaan kulit, mukosa, mulut, hidung dan kulit kepala. Pemeriksaan S.
aureas dapat menggunakan metode isolasi dilanjutkan uji koaglutinasi plasma
kelinci (Suwito, 2010).
Mencegah keracunan setelah
minum air susu dapat dilkukan dengan
memperbaiki proses penerimaan bahan baku atau susu segar, penanganan,
pemprosesan, dan penyimpanan. Kontaminasi pada susu dapat dikurangi antara lain
dengan menjaga kesehatan ternak, higiene susu, dan pasteurisasi (Suwito,2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar