BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Trigliserida
merupakan triester dari asam lemak dan gliserol. Asam lemak adalah karboksilat berantai panjang, yang umumnya memiliki
jumlah atom karbon genap, jarak yang bercabang dan dapat memiliki satu atau
lebih ikatan rangkap dua (Tim Dosen Kimia, 2012).
Trigliserida dapat menjadi
tengik dan menimbulkan bau dan cita rasa yang tidak enak bila dibiarkan pada
udara lembab. Lepasnya asam lemak yang mudah menguap menyebabkan bau tengik.
Adapun asam lemak terbentuk melalui
hidrolisis ikatan ester atau oksidasi ikatan ganda dua (Tim Dosen Kimia, 2012).
Untuk mengetahui adanya
kandungan gliserol dalam suatu sampel, maka diadakanlah percobaan ini. Pada
percobaan ini dilakukan dua tes untuk mengidentifikasi
adanya kandungan gliserol,
yaitu tes akrolein dan tes kolorimetri. Pada tes akrolein, sampel ditambahkan KHSO4
kemudian dipanaskan. Penambahan KHSO4 ini berfungsi sebagai katalis. Tes akrolein ditandai
dengan adanya bau khas dari gliserol. Pada tes kolorimetri, sampel ditambahkan
dengan NaOCl, kemudian ditambahkan dengan HCl pekat sebagai katalis yang mempercepat reaksi kemudian
dipanaskan untuk membuang kelebihan asam.
Selanjutnya ditambahkan α-naftol sebagai katalis timbulnya warna kemudian ditambahkan H2SO4
pekat yang berfungsi sebagai katalis untuk memperjelas warna. Adanya gliserol pada
tes kolorimetri ditandai dengan timbulnya warna
hijau zamrud.
1.2
Maksud dan Tujuan
1.2.1
Maksud Percobaan
Maksud
dilakukan percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan memahami cara identifikasi
gliserol yang terdapat dalam suatu sampel dengan menggunakan metode tertentu.
1.2.2
Tujuan Percobaan
Tujuan
dari percobaan ini adalah:
1. Untuk mengetahui kandungan gliserol dalam larutan
sampel melalui tes akrolein.
2. Untuk mengetahui adanya gliserol dalam larutan
sampel melalui tes kolorimetri.
1.3
Prinsip Percobaan
1.3.1
Tes Akrolein
Mengidentifikasi
kandungan gliserol pada beberapa sampel dengan penambahan KHSO4 lalu
dipanaskan hingga timbul bau yang khas yaitu bau tengik yang menandakan sampel
mengandung gliserol.
1.3.2
Tes Kolorimetri
Mengidentifikasi
kandungan gliserol pada beberapa sampel dengan menambahkan pereaksi tertentu
dan dipanaskan hingga terbentuk warna hijau zamrud yang menandakan sampel
mengandung gliserol.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Lipid adalah suatu
kelompok besar substansi biologik yang dapat larut dalam pelarut organik
seperti metanol, aseton, kloroform, dan benzena. Dan sebaliknya lipid tidak atau sukar larut di
dalam air. Kelarutannya dalam air yang kecil disebabkan karena kekurangan atom-atom yang berpolarisasi ( O, N, S, P)
(Koolman, dkk, 1994).
Kelompok-kelompok
lipida dapat dibedahkan berdasarkan
polaritasnya atau berdasarkan struktur kimia tertentu. Kelompok lipida tersebut
adalah (Sudarmadji, dkk., 1989):
1. Kelompok trigliserida (lemak, minyak,
asam lemak).
2. Kelompok turunan asam lemak (lilin,
aldehid asam lemak dan lain-lain).
3. Fosfolipida dan serebrosida (termasuk
glikolipida).
4. Kelompok lipida lain.
Trigliserida tergolong sebagai
lipid sederhana, dan merupakan cadangan lemak dalam tubuh manusia. Persamaan
umum pembentukan gliserida adalah sebagai berikut (Tim Dosen Kimia, 2012):
Trigliserida merupakan lipida yang memiliki struktur
ester, yang tersusun oleh tiga molekul asam lemak bebas dan satu molekul
gliserol seperti yang ditunjukan pada gambar di bawah ini (Zulfikar, 2010):
Gambar 2.
Struktur trigliserida yang disusun oleh molekul gliserol dan tiga molekul asam
lemak bebas
Reaksi kimia untuk trigliserida pada prinsipnya
memiliki kesamaan dengan senyawa alkena dan ester, misalnya trigliserida dapat
terhidrogenasi oleh gas hidrogen
yang dikatalisis oleh logam nikel
atau platina, reaksi untuk
senyawa tersebut disajikan dalam persamaan reaksi pada gambar di bawah ini (Zulfikar, 2010):
Gambar
3. Reaksi hidrogenasi
trigliserida
Trigliserida ini merupakan senyawa hasil kondensasi
satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Trigliserida merupakan kelompok lipida yang terdapat paling banyak dalam jaringan
hewan dan tanaman. Kelompok trigliserida terdiri dari lemak, minyak, dan asam
lemak (Sudarmadji, dkk., 1996).
Lemak atau minyak secara kimiawi adalah trigliserida merupakan
bagian terbesar dalam kelompok lipida. Secara
umum, lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada
dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang
berbentuk cair (Sudarmadji, dkk., 1996).
Lemak merupakan sumber energi untuk latihan
aerobik intensitas ringan-sedang. Simpanan lemak endogen di jaringan
adiposa dan
di jaringan otot dalam bentuk trigliserida. Trigliserida selanjutnya
diubah ke dalam bentuk gliserol dan FFA (Free Fatty Acid) sebagai
sumber energi utama selama latihan fisik. Proses pemecahan lemak menjadi asam
lemak bebas dan gliserol disebut lipolisis (Sugiharto, 2011).
Lemak dan minyak dapat
dibedahkan berdasarkan pada titik lelehnya. Pada suhu kamar lemak berwujud
padat sedangkan minyak berwujud cair. Banyaknya ikatan ganda dua
karbon-karbon dalam komonen asam lemak
juga sangat berpengaruh. Trigliserida yang mengandung banyak asam lemak tak
jenuh akan berwujud lemak (padat) (Tim
Dosen Kimia, 2012).
Adapun asam
lemak merupakan asam organik yang terdapat sebagai ester
trigliserida atau lemak, baik yang berasal dari hewan atau tumbuhan. Asam ini
adalah karboksilat yang mempunyai rantai karbon panjang dengan rumus umum:
Gambar 4. Struktur Karboksilat
Dimana,
R adalah rantai karbon yang jenuh atau yang tidak jenuh terdiri atas 4 sampai
24 buah atom karbon. Rantai karbon yang jenuh adalah rantai karbon yang tidak
mengandung ikatan rangkap, sedangkan yang mengandung ikatan rangkap disebut rantai karbon
yang tidak jenuh. Pada umumnya, asam lemak mempunyai
jumlah atom karbon genap (Poedjiadi,
2009).
Monogliserida, digliserida,
trigliserida merupakan molekul asam lemak yang terikat pada gliserol. Ketiga
molekul asam lemak itu boleh sama, dan
boleh berbeda. Asam lemak yang terdapat di alam ialah asam palmitat, stearat,
dan linoleat (Poedjiadi, 2009).
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
3.1
Bahan Percobaan
Adapun
bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini, antara lain lilin, minyak kelapa
kopra, mentega, gliserol 12 %,
minyak kenari,
minyak wijen, minyak VCO, H2SO4 pekat, KHSO4,
NaOCl 2 %, α-naftol 0,1 %, HCl pekat, kertas label, akuades dan tissue roll.
3.2
Alat Percobaan
Adapun
alat-alat yang digunakan pada percobaan ini, antara lain tabung reaksi, rak
tabung reaksi, gelas kimia 600 mL, pipet tetes, gegep, pipet skala, penangas listrik dan sendok tanduk.
3.3
Prosedur Kerja
3.3.1
Tes Akrolein
Tabung
reaksi yang telah bersih dan kering disiapkan sebanyak 7 buah. Dimasukkan 1 mL
larutan sampel (lilin, gliserol, minyak kenari,
minyak kelapa kopra, minyak wijen, mentega
dan minyak VCO). Kemudian
ditambahkan ± 0,5 gram KHSO4. Setelah itu, dipanaskan di dalam
pemanas air hingga terbentuk bau yang khas yang menandakan adanya gliserol (bau
tengik). Perubahan yang terjadi diamati dan dicatat.
3.3.2
Tes Kolorimetri
Tabung
reaksi yang sudah bersih dan kering disiapkan sebanyak 8 buah. Dimasukkan 1 mL
larutan sampel (lilin, gliserol, minyak kenari,
minyak kelapa kopra, minyak wijen, mentega dan VCO) dan 1 tabung reaksi
diisi blanko (akuades). Larutan NaOCl 2 % sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam
masing-masing tabung reaksi yang berisi sampel. Setelah 2-3 menit, ditambahkan 3
tetes HCl pekat, kemudian dididihkan beberapa saat untuk membuang kelebihan
asam. Setelah dipanaskan, ditambahkan 0,2 mL α-naftol 0,1 % dan beberapa tetes larutan H2SO4
pekat pada masing-masing tabung. Campuran dikocok
dengan hati-hati, kemudian diamati dan dicatat. Terbentuknya warna hijau zamrud
menunjukkan adanya gliserol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar